Penjualan Mobil Bekas Mengungguli Mobil Baru: Analisis Faktor-faktor di Balik Fenomena Ini

Estimated read time 3 min read

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengungkapkan bahwa tren penjualan mobil bekas di Indonesia saat ini mengungguli penjualan mobil baru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama yang dianalisis oleh peneliti senior LPEM FEB UI, Riyanto, dalam sebuah diskusi mengenai stagnasi pasar mobil di Indonesia.

Menurut Riyanto, salah satu faktor utama stagnansi pasar mobil baru adalah kenaikan harga mobil yang lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata inflasi. Dia menjelaskan bahwa harga mobil bekas dari tahun 2013 hingga 2023 mengalami peningkatan tiga kali lipat, dari sekitar 500 ribu unit menjadi 1,4 juta unit saat ini. Ini mencerminkan pergeseran signifikan ke arah mobil bekas, yang dipicu oleh kesenjangan yang semakin lebar antara harga mobil baru dan pendapatan per kapita masyarakat.

“Pasar mobil di Indonesia dari periode 2013 hingga 2023 mengalami stagnansi karena daya beli masyarakat yang menurun, seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita yang tidak mampu mengejar lonjakan harga mobil baru,” ujar Riyanto dalam diskusi di Gedung Kementerian Perindustrian pada Rabu, 10 Juli 2024.

Riyanto juga menyoroti fakta bahwa kenaikan harga mobil, terutama untuk kategori MPV entry low, telah melampaui angka inflasi tahunan rata-rata selama periode yang sama. Hal ini menjadi tantangan serius bagi pasar mobil baru di Indonesia.

“Dari tahun 2000 hingga 2013, pertumbuhan pendapatan per kapita mencapai 28,26 persen. Namun, periode 2013 hingga 2022 hanya mencatatkan pertumbuhan 3,65 persen. Ini merupakan kesenjangan yang signifikan dan mengapa penjualan mobil antara tahun 2013 dan 2022 mengalami penurunan rata-rata tahunan sebesar 1,6 persen,” tambahnya.

Di sisi lain, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa total piutang pembiayaan kendaraan bermotor mencapai Rp398,64 triliun per April 2024, dengan penyaluran pembiayaan pada mobil baru meningkat sebesar 10 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp150,69 triliun. Sementara itu, pembiayaan mobil bekas meningkat secara signifikan sebesar 25,82 persen yoy mencapai Rp83,72 triliun.

Hasil survei yang dilakukan juga menunjukkan bahwa mayoritas pembeli mobil di Jawa pada tahun 2023 memilih untuk membeli mobil bekas, mencapai 63 persen dari total pembelian mobil. Sedangkan di Sumatera, persentasenya sedikit lebih rendah tetapi tetap signifikan, dengan 56 persen dari total pembelian mobil lebih memilih mobil bekas.

Riyanto menjelaskan bahwa dominasi pasar mobil bekas di Jawa dipengaruhi oleh ketersediaan mobil bekas yang lebih melimpah dan harga rata-rata yang lebih terjangkau dibandingkan mobil baru. “Dulu membeli mobil bekas seperti membeli kucing dalam karung, namun sekarang konsumen lebih bisa melihat kondisi mobil secara langsung sebelum membeli. Ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya preferensi terhadap mobil bekas,” paparnya.

Diskusi ini menyoroti kompleksitas dalam pasar otomotif Indonesia, di mana tantangan ekonomi dan harga memainkan peran krusial dalam keputusan konsumen. Meskipun pembiayaan untuk mobil baru terus meningkat, preferensi yang meningkat untuk mobil bekas menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk kebijakan yang lebih holistik untuk mendukung pertumbuhan pasar otomotif yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours